Rabu, 27 Februari 2008

PELECEHAN TERHADAP ORGANISASI

Pada tgl 28 feb. 2008. Saya berbicara lewat tLpn dengan seorang mahasiswa yang Kul. di salah satu universitas yg ada di MKS(ya ga bisa disebutkan donk). Dia memasuki Organisasi yg jLz bukan HMI. Kemarin dia ikut Basic HMI, ya "yumkin" tidak tuntas kerangka berfikir dan basic nya.
Singkat saja "Dia mengatakan bahwa HMI itu Murtad dan didalamnya org2 kafir. Bahkan dia mengatakan bisa saja HMI itu diganti namanya HMK (Himpunan Mahasiswa Kristen). bahkan bahasanya dia mau melaporkan ke pengurus besar Organisasinya (Maaf saya Lupa organisasinya). Wah ini sangat2 ga etis kan. Masa suatu organisasi di lecehkan dan di ejek yang ga pantas. Emang kalau dipikir Organisasi yg dia masuki apa berkuasa semuanya..........??? Apa FIGUR dalam semua organisasi.......????
Mana sikap harga menghargai didalam dirinya, sehingga HMI di lecehkan yg seperti itu....???
Bahasa yang Mahasiswa itu katakan adalah bahasa yang sangat-sangat tidak ETIS bahkan terlalu memvonis terhadap suatu organisasi.
Mari teman2 Hijau-Hitam BERGABUNG, JANGAN TINGGAL DIAM, dan LAWAN orang2 yang berbahasa tidak etis dan seolah2 tidak di ajar di suatu organisasinya.
"LAWAN", secara sehat. HMI tidak pernah mengajarkan kader2nya yg tidak etis. HMI selalu berharap untuk kader2nya menjadi yg terbaik.
"Hormatku KADER HMI-129"

Selasa, 26 Februari 2008

HISTORY'S SEBUAH ORGANISASI

Kepada asasnya yag semula, termasuk dua organisasi massa Islam terbesar, NU dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebuah

organisasi yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947/14 Rabi'ul Awal 1366 H, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta.
HMI merupakan organisasi independen yang mempunyai tujuan: Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT.

Ada 2 spirit yg mendorong lahirnya HMI saat itu, yakni memajukan umat Islam, dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Di tengah kecamuk bangsa yang belum sepenuhnya lepas dari cengkeram penjajahan dan kondisi umat Islam yang terbelakang pada masa transisi sejak proklamasi 1945, perjuangan HMI terpatri. Spirit Islam-kebangsaan yang menjadi roh kelahiran HMI perlu direlevansikan dengan kondisi bangsa yang sedang terjadi saat ini. Terkait dengan hal itu, ada dua hal yang perlu direfleksikan dalam konteks kebangsaan kita. Pertama, pascareformasi, memori dan imajinasi rakyat tentang bangsa Indonesia justru menjadi kabur. Kini, orang memaknai nasionalisme sebagai etnosentrisme/sukuisme. Orang di luar sukunya bukanlah bagian dari bangsa Indonesia. Orang Aceh, Papua, Makassar, atau Bali merasa sebagai bangsa Indonesia ketika terkait dengan sukunya, di luar itu bukan Indonesia. Empasan itu semakin kuat ketika semua daerah ingin diperlakukan seperti Aceh dan Papua.

Dari sisi prestasi dan kesejarahan, HMI adalah organisasi kemahasiswaan yang telah berbuat banyak bagi kemajuan bangsa. Tk salah kalau jendral Soedirman menyebut HMI sebagai Harapan Masyarkat Indonesia. Namun tak dapat disangkal pula kalau HMI meminjam Nurcholis Madjid (Cak Nur), turut menghancurkan dan memperpuruk kehidupan bangsa.

Tidak sedikit dari alumni-alumni HMI yang terlibat dalam kasus-kasus korupsi (baik yang masih bebas berkeliaran, maupun yang sudah dihukum). Sehingga sangat beralasan kalau Cak Nur (Ketua Umum PB HMI dua periode, 1966-1971) berpendapat, akan lebih baik jika HMI dibubarkan saja?. Cak Nur mungkin benar, tetapi harus diingat bahwa masih banyak (juga) alumni-alumni HMI yang tetap konsisten dan idealis, seperti halnya Cak Nur sendiri. Sejarah HMI tidak bisa dilepaskan dari perseteruan besar yang pernah terjadi di tubuh HMI. Perpecahan HMI tahun 1986, melahirkan dualisme kepengurusan di tubuh HMI: HMI-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) dan HMI yang bermarkas di jalan Diponegoro (HMI-Dipo). HMI-MPO mempertahankan asas Islam, sementasa HMI-Dipo menerima asas tunggal Pancasila, yang dipaksakan oleh Soeharto lewat UU Keormasan pada 1985. Hingga berakhirnya rezim Soeharto, HMI-MPO adalah satu-satunya organisasi yang tetap menentang pemberlakukan asas tunggal Pancasila. Setelah pencabutan asas tunggal Pancasila di zaman reformasi, seluruh organisasi yang pernah mengubah asasnya atas tekanan Soeharto, kembali Muhammadiyah. HMI-Dipo sendiri mengganti asas Pancasila dan kembali memberlakukan asas Islam pada Kongres Yogyakarta, tahun 2000. Sikap HMI-MPO yang menentang pemberlakuan asas tunggal Pancasila, dapat dinilai sebagai bagian dari tradisi (ajaran) perlawanan kaum Muslimin (meskipun minoritas) atas kekuasaan yang tiranik, otoriter, korup, dan zalim. Maka, kemenangan HMI-MPO mempertahankan asas Islam adalah juga kemenangan umat Islam secara keseluruhan.Hal yang patut disyukuri bersama terhadap dualisme kepengurusan di HMI adalah, aktivitas kedua, saudara kandung, yang tetap dapat berjalan secara berdampingan, saling menghargai, harmonis, dan tanpa konflik! berdarah!Mungkin pernah terjadi clash, namun tidak sampai membahayakan. Bahkan belakangan antar keduanya kerap menjalin koalisi gerakan dan saling mengundang dalam pertemuan-pertemuan.Pilihan HMI-MPO untuk ?berhadap-hadapan? dengan rezim Orba, mau tidak mau menempatkannya pada posisi pinggiran (peripheral) sebagai organisasi underground. Kendati demikian, hal tersebut lalu membentuk karakteristik gerakan HMI-MPO yang cukup khas.Ada tiga kawasan strategis yang menjadi tipologi besar gerakan HMI-MPO:Pertama, gerakan moral-politik yang terkonsentrasi di Jakarta.Kedua, gerakan berbasis moralitas Islam-politik yang menonjolkan nilai-nilai usuliyah, tersentralisasi di Makassar dan sekitarnya.Ketiga, gerakan intelektualisme yang berkembang di kawasan Yogyakarta (Ismatillah A Nuad, Republika, 20/08/03). HMI harus (tetap) mampu memposisikan dirinya sebagai! the creative minority! (minoritas yang kreatif), setelah mengutip Hikmat Budiman (1997) perpaduan rasionalitas instrumental ilmu pengetahuan modern dan kapitalisme telah dipercaya melakukan sebuah mekanisme, penghancuran kreatif (creative destruction). Dalam arus instrumentalisme, kapitalisme, dan birokratisme, kreativitas berperan terutama sebagai alat picu gasasan dan paradigma alternatif. HMI jangan berpikir untuk memformat kader-kadernya yang outputnya satu model (style) saja, sebab hal demikian (tidak lain) merupakan, pemasungan kreativitas, kader. HMI seharusnya hanya berkepentingan sebagai wadah yang selanjutnya mendorong pengembangan potensi-potensi setiap kadernya, (tentu) dengan tetap bersandar pada nilai dan cita-cita Islam.Pada saat yang sama, HMI harus konsisten sebagai gerakan intelektual. Ketika menjejak dunia politik, HMI harus memerankan, politik intelektual, dan bukan, politik praktis. Pecahnya beberapa kelompok-kelompok independen, lebih karena mereka bermain di wilayah praktis, bukan di wilayah intelektual. Jika HMI tidak ingin terbelah-belah lagi, maka ia harus pandai bermain di wilayah intelektual. Sebagai gerakan intelektual, HMI harus berpihak kepada kebenaran (hanief), kepada kaum yang lemah dan terpinggirkan (mustadh?afien), sehingga mereka mendapat posisi tawar (bargaining position) yang kuat dalam menentukan arah kebijakan negara agar berpihak kepada mereka. Edward W. Said mengatakan, intelektual itu melakukan speaking truth to power (berbicara benar kepada kekuasaan). Ketika HMI menganggap diri gerakan intelektual, maka ia harus berani untuk melakukan hal yang sama, berbicara benar kepada kekuasaan.HMI harus sudah melakukan evaluasi yang benar-benar mendalam, serta sedapat mungkin (juga) melakukan penyegaran organisasi. Azyumardi Azra (1999) berpendapat, Jika HMI ingin tetap memposisikan diri sebagai salah satu pembawa bendera terdepan di kalangan kaum muda dan mahasiswa Muslim, agaknya sudah waktunya bagi HMI untuk melakukan reassessment menyeluruh atas dirinya secara jujur. Tanpa keberanian, menguliti diri, ... perlahan tapi pasti, HMI akan semakin kehilangan relevansinya, dan akhirnya menjadi organisasi marjinal belaka. Bangunan pemerintahan mahasiswa (student government) di kampus-kampus, kian kehilangan taring dan nilai tawar (bargaining position) dalam menghadapi realitas dunia kampus dan situasi sosio-politik. Pasca-Orba, proses demokratisasi terus dilakukan meskipun mengalami pembusukan dan pengerdilan. Rezim yang berkuasa tidak lagi se-otoriter Soeharto. Kran kebebasan berpendapat dan berekspresi dibuka selebar mungkin. Namun, gerakan mahasiswa sendiri terlihat gamang menghadapi situasi yang ada. Mungkin ada kaitannya dengan sistem pengkaderan di kalangan gerakan mahasiswa yang sejak awal memang diformat sedemikian rupa untuk memusuhi negara, lalu menjadi bingung ketika rezim meskipun tetap jahat dan kejam? tidak lagi sejahat dan sekejam Soeharto. Rupanya gerakan mahasiswa dituntut untuk dapat menemukan model-model gerakan yang tepat.Di kampus sendiri, gerakan mahasiswa harus menghadapi (paling tidak) dua hal, yaitu: Pertama, kultur akademik yang kian tidak memberi ruang kepada mahasiswa untuk menggembleng diri di organisasi kemahasiswaan. Kedua, serangan budaya pop (pop culture) yang kian menghempaskan (menegasikan) sisi-sisi heroisme, perlawanan, (dan mungkin juga) idealisme mahasiswa. Kedua hal ini tentu saja (juga) dihadapi oleh HMI. Jika tidak ingin kehilangan pengaruh di kampus-kampus, maka HMI sebaiknya melakukan context of interpretation terhadap model-model gerakannya. Sementara itu, HMI juga perlu menyadari bahwa sudah terjadi semacam pembusukan kultural di masyarakat (dan mahasiswa), terkait kasus-kasus hukum yang melibatkan alumni-alumni HMI.HMI tak punya pilihan lain, ia harus sedemikian rupa menunjukkan kalau dirinya bersih, terhormat, dan bermoral tinggi. Bahwa HMI tidak pernah mengajarkan kader-kadernya untuk jadi penjahat, maling, koruptor, dan sejenisnya. Hal ini penting agar HMI tidak mengalami?meminjam Francis Fukuyama the end of history.

ORGANISASI KOE

HMI (HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM)
Di abad sekarang HMI masih menunjukkan eksistensi sebagai organisasi yang cukup disegani. Ini merupakan sebuah kesyukuran terhadap kita. Namun masih banyak yg menjual oragnisasi yg sifatnya tidak penting dan tidak berguna. Kita sebagai kader, jangan seperti mengibaratkan seperti kader Lepas. Sehingga himpunan ini tidak sekedar sebuah organisasi paguyuban dan harus mengambil peran-peran strategis untuk bangsa dan ummat.
Menurut Anda Siapa Yang Layak Untuk Menjadi Ketua Komisariat?
Kalau menurut saya itu sih terserah kepada teman2 bagaimana menilai suatu calon yang ada dan dapat dipercaya.Peran-Peran Apa yang Harus diJaLankan? InternaL! EksternaL!Internal, yaa berorientasi pada pengembangan kapasitas kader dan penguatan HMI di kampus-kampus. Gagasan-gagasan HMI haruslah dikabarkan keluar. Jangan hanya sibuk menulis opini atau rebut-ribut di media sendiri. Bagi saya, setiap kader HMI-Dipo harus diformat menjadi petarung2 yang tak kenal menyerah. Sementara kalau diluar HMI-Dipo harus beragenda2 kerakyatan menyangkut nasib kaum bawah. Kemudian mendorong penciptaan iklim baru politik yang lebih berakar pada pendidikan politik yang mencerahkan di kalangan massa rakyat. Ketika rakyat sudah tercerahkan secara politik, maka bangunan cipil society tentu akan dengan sendirinya.
Strategi Apa yang Dilakukan agar HMI tetap sebagai organisasi yang besar?
Penguatan perkaderan, tentu saja, dan dan mendorong kader-kadernya untuk memiliki kapasitas dan otoritatif secara individual, sehingga dengan sendirinya akan menguatkan HMI sebagai sebuah jammah.
Apa Harapan Anda Tentang HMI dikampus2?
Seharusnya kita kembali masuk dan membuat pengaruh di dalam lembaga-lembaga intra kampus. Tidak hanya di BEM, tetapi terutama juga di lembaga2 Lainnya.
Dan sekarang giliran anda
Apa Penilaian Anda Tentang HMI?

TEKA-TEKI AL-GHAZALI

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (Teka Teki ) :
Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
"Murid 1 = " Orang tua
"Murid 2 = " Guru
"Murid 3 = " Teman
"Murid 4 = " Kaum kerabat
"Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?
"Murid 1 = " Negeri Cina
"Murid 2 = " Bulan
"Murid 3 = " Matahari
"Murid 4 = " Bintang-bintang
"Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama sebelum menyesal".
Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?
"Murid 1 = " Gunung
"Murid 2 = " Matahari
"Murid 3 = " Bumi "Imam Ghazali =
" Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."
IMAM GHAZALI = "Apa yang paling berat didunia?
"Murid 1 = " Baja
"Murid 2 = " Besi
"Murid 3 = " Gajah
"Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.
Imam Ghazali = "Apa yang paling ringan di dunia ini ?
"Murid 1 = " Kapas
"Murid 2 = " Angin
"Murid 3 = " Debu
"Murid 4 = " Daun-daun
"Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT (Surah al-Ma'un:4-7). Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat.
Imam Ghazali = "Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?
"Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang
"Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA (Surah 2:217). Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri."sampaikanlah walau satu ayat".....

TOLERANSI BERAGAMA

Menurut Anda, pengertian toleransi agama itu seperti apa?
Dalam ajaran Islam, toleransi antarumat beragama itu sangat diajarkan. Bahkan, kalau boleh jujur, menurut saya tidak ada ajaran yang mempunyai rasa toleransi yang tinggi seperti agama Islam. Pengertian toleransi dalam Islam adalah menghormati dan memberikan hak pada orang lain untuk mempercayai keyakinannya. Dengan demikian, Islam tidak pernah Vmengajarkan umatnya untuk memaksakan agama Islam kepada pemeluk agama lain.

Apa yang harus dilakukan pada teman kita yang merayakan Natal?
Kita memang harus menghargai keyakinan umat di luar agama Islam. Namun, menghargai keyakinan umat lain bukan berarti ikut meyakini keyakinan itu. Toleransi, bukan berarti kita harus ikut meyakini keyakinan umat lain.

Bagaimana hukumnya mengucapkan selamat Natal?
Mengucapkan selamat Natal, sudah berada di luar toleransi lagi. Pasalnya, kita juga harus tahu konteks peringatan hari Natal itu apa. Bagi umat Nasrani, perayaan Natal diartikan sebagai sebuah kemenangan. Mereka menganggap hari tersebut sebagai hari keselamatan. Kalau kita mengucapkan selamat, berarti kita sudah mengakui keyakinan mereka dan hal itu tidak dibenarkan.

Kalau ada pihak yang khawatir akan terjadi perpecahan di masyarakat bagaimana?
Menurut saya, kekhawatiran itu terlalu mengada-ada. Perpecahan di masyarakat, tidak akan terjadi hanya karena umat Islam tidak mengucapkan selamat Natal pada umat Nasrani. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan yang paling penting justru adanya saling pengertian antarumat beragama. Yaitu, cukup dengan cara tidak saling mengganggu ibadah antara umat yang satu dengan yang lain.
Jadi apa yang harus dilakukan kalau saudara kita merayakan Natal?
Kalau dalam keluarga ada tradisi saling mengunjungi. Kita boleh datang, tanpa mengucapkan selamat Natal ataupun ucapan lain yang berhubungan dengan masalah keyakinan. Saya yakin, saudara kita pasti sudah senang dan menghargai kedatangan kita tanpa harus mengucapkan kata apapun.
'Tak Ada yang Tahu Pasti Kelahiran Yesus'
Albertus TattyPendeta Gereja Kristen Indonesia (GKI) Bandung

Bagaimana sejarah Natal sehingga ditetakan tanggal 25 Desember?
Natal diperingati pada tanggal 25 Desember berdasarkan kesepakatan semua gereja di dunia. Tanggal 25 tersebut, ditetapkan sesuai dengan tanggal kelahiran Dewa Rei (Dewa Matahari) di Mesir. Sebelum diperingati tanggal 25 Desember, hari Natal juga pernah diperingati pada tanggal 8 Januari. Namun, peringatan pada tanggal 8 Januari, itu hanya diperingati pada zaman gereja awal (zaman dahulu).

Berarti benar tanggal 25 Desember itu hari kelahiran Dewa Matahari?
Ya, memang benar. Karena kita tidak memiliki dan mengetahui hari kelahiran Yesus secara pasti. Bahkan, ada kemungkinan Yesus lahir pada bulan Maret, tapi tidak ada satu pun yang tahu pasti kapan kelahiran itu.Mengapa peringatan Natal mengacu pada hari kelahiran Dewa Matahari?Karena, orang Kristen paling banyak terdapat di Mesir. Bahkan, Mesir pernah menjadi pusat Umat Kristen. Di Mesir, bukan hanya ada Umat Islam saja. Karena sebagai pusat pemeluk agama Kristen, maka hari kelahiran Dewa Matahari pun, disepakati menjadi hari Natal. Namun, kami tidak terlalu mempedulikan kapan waktu untuk merayakan Natal.Yang terpenting adalah makna dari Natal itu sendiri. Bisa saya contohkan seperti bahasa Indonesia, menjadi bahasa nasioanl atas konvensi bersama. Karena bangsa kita bangsa Melayu. Meskipun, pada umumnya, suku terbanyak yang ada di Indonesia adalah suku Jawa.
Apa makna toleransi beragama bagi Anda?
Toleransi umat beragama adalah menghargai dan menghormati sesama agama. Selain itu, setiap umat beragama harus proaktif saling tolong menolong agar persatuan bangsa Indonesia bisa maju.Bagaimana kalau ada yang menganggap ucapan selamat Natal sudah masuk wilayah akidah?Kalau saya terserah saja. Yang jelas selama ini saya aktif berhubungan antar umat beragama dan tidak ada masalah. Ucapan selamat itu ada, menurut saya hanya sebagai bentuk penghormatan saja. Namun saya pikir tidak akan mempengaruhi akidah siapa pun.
Catatan :
KH Athian Ali M Da'iKetua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), Kamis, 23 Desember 2004Al-Fikrah (Buletin Dakwah), 20 zdulqaidah 1428 H

PEMAHAMAN NEGATIVE DAN POSITIVE

Saya pernah ikut Dialog MusLimah Pada Hari Minggu TanggaL 09 Desember 2007 M/27 dzuLqaidah 1948 H, di Auditorium UIN ALAUIDDIN Makassar, yang di mulai sekitar pukul 09.00. Pesertanya ada 400. Yang adakan JiLbab panjang sampai Lutut (yang memakai cadar)

MEMBAHASA JILBAB

Disitu banyak membahas tentang akhwat yang sewajarnya. daLam arti Memakai jiLbab panjang. kLo menurut saya waLaupun tidak memakai sampai Lutut asalkan menutupi dada itu sudah termasuk dalam kriteria. Yang jadi permasalahan, panjang bagaimana pun jiLbabnya kLo akhLaqnya aga' aneh sama saja...........!!! IYA KHAN...............??? Bukan berarti saya tidak setuju dengan pakaian yang terlalu panjang, tapi berpikir dulu dong. Khan yang diutamakan sekarang AkhLaqul Karimah. Ya.... jangan sampai JILBAB hanya menjadi FORMALITAS beLaka. Maka dari itu saya simpuLkan jiLbab yang sederhanapun jng terlalu permasalahkan yang penting AkhLquL nya Baik.kLo sudah mampu untuk semuanya yah siLahkan. Krn saLah satu juga yang dipertanggung jawabkan di akhirat nanti.
MEMBAHAS TEKNOLOGI/TV

DidaLam forum itu pemateri membahas tentang teknologi, maaf saya Lupa nama pematerinya. Teknologi sekarang banyak negativnya, katanya ada bermacam-macam yang tidak Layak diLihat. TV, ini adalah saLah satu media komunikasi yang berkembang pada saat ini. TV merupakan ibarat pisau yang bermata dua yang bisa dipakai untuk hal yang bermanfaat dan bisa dipakai untuk hal yang kemudharatan. Banyak yang diputar yang diharamkan oLeh syariah Islam, yg melalaikan ShaLat. Semua ini adaLah penjeLasan pemateri.Jujur Saya katakan, mengenai pendapat pemateri diatas, tapi seperti dominan dengan dampak negatifnya. kLo ikLan tempat kita dapat informasi. ketika kita nonon FiLm kartun, khan ada bhs.inggrisnya jd seLain dipembelajaran kita jg bs bLajar Lewat situ, seLain itu terhibur. Film Sinetron, saya rasa kita bisa mengambiL dampak positifnya saja, untuk yang tidak Layak ditonton daLam sinetron itu ya...... jngan diLihat. Saya perhatikan sekarang memang kLo cuma ditonton beLaka ya tidak etis, tapi ambiL hikmah dari fiLm itu. Jangan ambiL/Lihat yang negatif2nya............!!!Kita sebagai umat musLim khan bisa/pintar atur2 waktu. Jadi kLo waktu shaLat yah shaLat. kLo pun tidak tepat waktu yah intinya khan dia shaLat, Dari pada tidak shalat sama sekaLi.............!!! BetuL tidak..................???Kita hidup didunia tidak hanya 1 agama, tapi bermacam-macam agama. Jadi untuk tayangan TV saat ini menurut syariat IsLam, jadi gimana donk dengan agama Lain, apa tidak boleh menontonnya.......??? Klo begitu Berarti umat isLam tidak punya rasa toleransi dalam beragama donk...........!!! Jawab sendiri.......!!!

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

* jiLbab jangan sampai hanya sebagai formalitas belaka

* jiLbab sederhana jangan terLalu dipermasalahkan, yg dipermasaLahkan pada zaman sekarang yang tidak SHALAT
* ahkhlaqul karimah


SARAN

Saya kalau mau TV ditayangkan menurut syariat IsLam bicarakan/rapatkan Langsung ke managernya, jng banyak berpoteh2, ya jengkeL sendiri. Atau kLo mau buat siaran baru yang menurut syariat isLam.